Sosok Inspiratif dibalik Keberhasilan Program KOTAKU Area Rejang Lebong
Sosok Inspiratif dibalik Keberhasilan Program KOTAKU Area Rejang Lebong
Lokakarya program KOTAKU area Rejang Lebong telah dilaksanakan pada tanggal 25-26 November 2021. Lokakarya tersebut dihadiri oleh Bappeda rejang lebong dan para pejabat terkait. Untuk menyukseskan program KOTAKU “Kota Tanpa Kumuh”, dihadirkan beberapa narasumber inspiratif yang salah satunya ialah bapak Amarwan, S.Pd selaku kepala Desa Duku Ulu, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong. Selain menjabat sebagai kepala desa beliau juga pernah bekerja sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Pendamping PKH, dan Kepala Sekolah. Beliau pun berkesempatan untuk menjadi pemateri pada sesi pertama lokakarya ini. Beliau menceritakan bagaimana awal mula sepak terjang desa Duku Ulu dalam memanfaatkan dana desa untuk berproses dari desa berkembang menuju desa mandiri. Kepala desa Duku Ulu ini memegang prinsip “keterbukaan” dengan selalu mendiskusikan hal-hal kecil sekalipun demi mendapatkan solusi terbaik dan tidak saling menyalahkan ketika timbul permasalahan di tengah masyarakat. Dalam pembuatan program desa pun tidak serta merta ditetapkan atas keputusan beberapa pihak, tetapi sudah dirembukkan secara bersama oleh perangkat desa dan BPD selaku badan yang mewakili masyarakat dalam pelaksanaan musyawarah masyarakat desa.
Gambar
1 Profil Kepala Desa
Duku Ulu
Desa ini pun sudah cukup aktif dan
terstruktuk dalam pengelolaan dana desa dengan melaksanakan program perbaikan
infrastruktur, sosialisasi, pelatihan perangkat dan warga desa, pemberian bantuan
sosial, dan vaksin massal disertai dengan pendokumentasian yang jelas sehingga
manajemennya dapat menjadi contoh bagi desa berkembang yang termotivasi untuk
menjadi desa mandiri. Tak tanggung, desa ini pun sudah membuat rencana kegiatan
bersama program KOTAKU untuk tahun 2022 yang merupakan uraian dari pemanfataan
dana desa dan APBN dan masih mengharapkan beberapa masukan dari kegiatan lokakarya ini. Salah satu usulan kegiatan tersebut ialah “Rejang Lebong
Bercahaya” dengan memanfaatkan penggunaan lampu bertenaga surya sehingga dapat
menekan dana pengeluaran masyarakat untuk mendapatkan sarana penerangan yang
layak.
Gambar 2 Dokumentasi Perbaikan Infrastruktur di Desa Duku Ulu
Gambar
3 Dokumentasi Pemberian
Bantuan BLT Desa Duku Ulu
Adapun kunci kesuksesan dari desa Duku Ulu ini
ialah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan sumber daya alam
unggulan berupa kopi dan aren, desa ini dapat menjalankan program padat karya
demi membantu masyarakat dengan ekonomi yang tidak stabil. Selain itu, desa ini
juga melakukan pemberdayaan terhadap pemuda dengan cara mengikutsertakan
perwakilan pemuda dalam setiap divisi perangkat desa. Tidak hanya memotivasi
para pemuda untuk aktif berorganisasi namun juga untuk terus menempuh
pendidikan sebagai ujung tombak pembangunan desa. Terlebih lagi dengan adanya bantuan
dana hibah yang diperoleh para pemuda, terutama karang taruna mulai berupaya
untuk mengembangkan UMKM yang eksekusinya masih diprogramkan sedemikian rupa. Melalui
program dana swadaya masyarakat pun karang taruna turut mempelopori kegiatan
gotong royong lingkungan desa dan pembersihan hutan kota.
Gambar
4 Struktur Organisas
KPP TPS3R Desa Watas Marga
Kisah inspiratif lain dalam menyukseskan
program KOTAKU ini juga datang dari narasumber kedua yaitu bapak Jumadi selaku
ketua KPP TPS3R Desa Watas Marga. Gedung
TPS3R desa watas Marga di bangun dengan Menggunakan dana BPM (Bantuan
pemerintah untuk Masyarakat) tahun 2019 yang merupakan aset infrastruktur
program KOTAKU. Awal mulai diinisiasinya bangunan ini karena tadinya belum ada
upaya pengelolaan sampah yang salah satunya adalah limbah dedak (kulit) kopi yang
menumpuk dan menimbulkan polusi. Melihat adanya permintaan akan pupuk kompos di
masyarakat untuk usaha pertanian cukup tinggi, maka tercetuslah untuk memulai
upaya pemanfaatan limbah dedak kopi menjadi pupuk kompos. KPP TPS3R mengelola
Dedak Kopi yang di fermentasi menjadi pupuk organik / kompos dengan modal awal Rp. 750.000,- yang dihimpun dengan susah
payah sambil mengajukan pinjaman untuk modal awal ini. KPP TPS3R mengumpulkan
limbah/dedak sisa olahan kopi dan sampah organik lainnya dari sekitar
permukiman dan perkebunan masyarakat di desa Watas Marga.
Gambar
5 Proses Pengelolaan Pupuk Kompos KPP TPS3R Desa Watas Marga
Gambar
6 Hasil Tanaman dari Pupuk Dedak Kopi KPP TPS3R Desa Watas Marga
Adapun cara pembuatan pupuk ini diawali
dengan bahan baku yang dicampur menggunakan bahan-bahan pengurai pada wadah
yang disediakan, dan ditutup selama beberapa hari, lalu dikeringkan. Pada
produksi awal KPP TPS3R mampu memproduksi 60 karung ukuran 40kg dengan 4 orang
tenaga kerja. Alhamdulillah berkat upaya yang dijajalankan secara konsisten
maka sejak bulan Mei 2021 telah diproduksi lebih dari 500 karung yang kemudian
dipasarkan langsung kepada petani-petani di sekitar Desa Watas Marga, Kecamatan
Curup Selatan. Saat ini, kemasan kompos yang sudah jadi disimpan di bangunan
TPS3R. Namun, masih ada kendala dalam proses operasionalnya karena ternyata produk
pupuk ini belum memiliki izin edar dan promosi penjualan pupuk yang belum mumpuni. Harapan dari Pak Jumadi sendiri, selaku ketua KPP TPS3R, sangat
mengharapkan bahwa pemerintahan di Rejang Lebong mulai membatasi impor pupuk
dari pihak lain secara bertahap dan lebih memperhatikan usaha pupuk dari
masyarakat asli yang kualitasnya tidak kalah bersaing dengan pupuk kompos
lainnya.
Gambar
7 Dokumentasi
Lokakarya Via Zoom
Akibat adanya kekhawatiran dan kendala
tersebut, maka lokakarya ini memang menjadi ajang yang tepat untuk menampung
aspirasi dan keluhan terkait program KOTAKU. Pada akhir perbincangan pun, banyak
berbagai pihak yang menawarkan solusi pemecahan masalah salah satunya tentang
izin edar produk yang memang harus mulai diurus pemberkasannya untuk kemudian
didaftarkan pada pihak terkait. Terlebih lagi mengenai masalah promosi, kepala
desa Duku Ulu pun menawarkan untuk melaksanakan kerjasama serta mengusulkan
mengenai penggunaan bahan baku limbah pelepah aren yang juga mulai menjadi
masalah di Desa tersebut. Mendengar masukan dan usulan seperti itu, Pak Jumadi
pun merasa mempunyai titik terang dan mampu merespon setiap usulan dengan
mempertimbangkan aspek pengetahuan beliau dalam bahan baku pembuatan pupuk
kompos yang harapannya dapat membuat produk pupuk kompos ini lebih luas
jangkauan pemasarannya, terlebih sampai keluar kota hingga keluar negeri. (Aly)
Comments
Post a Comment